Sudah
bertahun-tahun perempuan Rembang yang tergabung dalam JMPPK (Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng) menolak pembangunan pabrik
semen di daerahnya. Para ibu melakukan aksi menenggelamkan kaki dengan semen, Selasa (12/4/2016), di depan Istana Negara.
Kaki Ibu-Ibu Kendeng di semen (foto: @speleopartner) |
Satu tahun yang lalu, di
tempat yang sama, kelompok ini telah menyuarakan penolakannya. Aksi
menyemen kaki tersebut bertujuan agar Presiden Joko Widodo mau berdialog
mengenai pabrik semen yang merusak alam dan mengancam keberlangsungan hidup petani
di sepanjang Pegunungan Kendeng.
menunjukkan, bahwa mereka percaya, masih ada nurani Joko Widodo selaku presiden
dan penguasa negeri lainnya untuk rakyat kecil sebagaimana diniatkan dalam
nawacita, membangun dari pinggiran.
“Karena itu kami warga Desa
dan rakyat kecil butuh bukti nyata dan menagih janji itu. Sebab rakyat di
sekitar pegunungan Kendeng telah terampas ruang hidup dan kehidupannya dengan
hadirnya pabrik semen. Kami tidak butuh semen, kami butuh tanah dan air untuk
pertanian kami, untuk kehidupan kami dan untuk anak cucu kami sekarang dan akan
datang,” demikian tulis JMPPK dalam siaran persnya.
simbol nasib rakyat di sekitar gunung Kendeng sekarang ini. Dinilai, pabrik semen bukan hanya menghancurkan
lingkungan dan sumberdaya alam, pertanian, sumber mata air, tapi juga
membelenggu hidup mereka di masa sekarang dan akan datang.
JMPPK menyerukan penyelamatan lingkungan dan sumber daya alam, penghentian proyek dan pembangunan yang mengabaikan keberlanjutan alam dan kesejahteraan rakyat, serta mengajak seluruh rakyat Indonesia berjuang bersama menyelamatkan bumi dan alam Indonesia.