Solidaritas.net, Batam – Berbagai cara dilakukan oleg kaum buruh untuk memperjuangkan hak-hak mereka sebagai pekerja. Aksi unjuk rasa dengan turun ke jalan oleh ratusan bahkan ribuan massa, mungkin adalah salah satu cara yang biasa kita dengar dilakukan oleh para buruh dalam perjuangan mereka. Selain itu, ada pula yang menggelar aksi mogok kerja secara massal, sehingga mengakibatkan terganggunya proses produksi di perusahaan tersebut.
Namun, masih banyak cara lainnya yang bisa dilakukan oleh para buruh dalam berjuang. Bahkan, ada pula berbagai cara unik, salah satunya sepertinya yang dilakukan oleh kaum buruh di Batam, Kepulauan Riau, yakni oleh para buruh PT Nanindah Mutiara Shipyard, Tanjung Uncang, Batam. Kamis (25/6/2015), mereka melakukan aksi mogok kerja sambil membuat replika kuburan di depan perusahaan tersebut, sebagai bentuk perlawanannya.
“Kita menolak rencana perusahaan. Pekerja lain yang ingin bekerja dipersilahkan, meski kita memblokade jalan,” ujar Parulian Mungkur, Ketua Advokasi Pimpinan Unit Kerja (PUK) Serikat Pekerja Perkapalan dan Jasa Maritim Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPPJM FSPMI) PT Nanindah, seperti dikutip dari situs SindoNews.com, Jumat (26/6/2015).
Ratusan buruh PT Nanindah tersebut melakukan aksi itu dengan memblokade jalan menuju perusahaan, sebagai bentuk protes dan penolakan mereka terhadap rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal yang akan dilakukan pihak manajemen perusahaan. Ruas jalan menuju perusahaan itu berubah menjadi kuburan buatan. Para buruh meletakkan helm mereka di dekat nisan yang bertuliskan ‘Korban PHK’. Selain itu, sebuah keranda mayat juga terlihat berada di depan barisan kuburan buatan yang berjumlah puluhan itu.
Meski memblokade jalan menuju perusahaan, namun Parulian mengaku mereka tidak memaksa para buruh lainnya yang ingin bekerja untuk ikut dalam aksi mogok kerja itu. Namun, buruh lain yang bernama Edo mengatakan, bahwa mereka akan terus menggelar aksi mogok kerja itu, hingga pihak manajemen perusahaan memenuhi tuntutan mereka.
“Perusahaan mau adakan PHK massal. Kami (para buruh) menolaknya. Kami akan terus melakukan aksi ini, sampai permintaan kami dipenuhi,” kata Edo pula kepada wartawan.
Selain itu, Edo juga mengatakan bahwa pihak manajemen perusahaan juga tidak ingin ada serikat di perusahaan tersebut. Tudingannya itu bukan tak beralasa. Pasalnya, para buruh yang akan kena PHK massal itu sendiri sebagian besar memang merupakan anggota dan pengurus FSPMI Batam, yang bisa jadi dilakukan karena aktifitas mereka dalam berserikat.
Sementara itu, Presiden Komisaris Drdocks World Nanindah, Andi Bakhtiar Lebopatingewa berdalih pihak manajemen perusahaan sudah menjalankannya sesuai prosedur aturan yang berlaku dari pemerintah. Dia menyebut pihaknya sudah memberikan solusi untuk masalah tersebut, di mana saat ini mereka sedang dalam proses penyelesaian pembayaran hak-hak buruh. Namun, menurutnya malah pihak buruh yang masih saja belum mau menerimanya.
“Kita sudah mencoba proses pembayaran hak mereka sesuai dengan prosedur pemerintah. Mereka belum terima, mereka mengajukan dengan keinginan mereka. Saat ini masih tahap penyelesaian. Sudah ada tawar-menawar,” terang Andi pula memberikan penjelasannya.