Solidaritas.net, Athena – Serikat Buruh Yunani melakukan aksi mogok kerja selama 24 jam pada Kamis (27/11/2014). Akibatnya, aksi mogok kerja tersebut menyebabkan ibukota Yunani, Athena, menjadi lumpuh. Berbagai layanan sektor publik menjadi terganggu, mulai dari batalnya ratusan jadwal penerbangan, tutupnya kantor umum, hingga angkutan yang tak bisa jalan.
Mogok kerja ini sendiri dilakukan untuk memprotes rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) dan reformasi pensiun yang diminta oleh para pemimpin Uni Eropa dan lembaga International Monetary Fund (IMF). Hal itu direncanakan dalam rangka penghematan yang dilakukan Yunani sejak beberapa bulan ini, setelah dua kali menerima pinjaman dari IMF.
Oleh karena itu, serikat sektor swasta, GSEE, dan timpalannya dari sektor publik, ADEDY, menyerukan aksi pemogokan kerja. Mereka menganggap pemerintah mencoba untuk membawa pasar tenaga kerja kembali ke “abad pertengahan” dan ingin menerapkan lagi kebijakan yang dapat menyebabkan “krisis kemanusiaan” dalam kehidupan para buruh.
“GSEE menolak obsesi dogmatis pemerintah dan retorika kebijakan penghematan dan kenaikan pajak,” kata serikat buruh di sektor swasta, GSEE dalam sebuah pernyataan mereka pada minggu ini yang dilaporkan oleh Reuters.
Gerakan mogok kerja ini pun menjadi aksi unjuk rasa besar yang pertama dalam dunia industri yang menyebabkan ibukota Yunani menjadi lumpuh, dimana sektor pelayanan dan industri tidak melakukan aktifitasnya selama 24 jam pada hari itu. Ribuan rakyat Yunani juga ikut mendukung gerakan mogok kerja ini dengan menggelar aksi unjuk rasa di parlemen.
Akibat aksi unjuk rasa besar-besaran ini, semua penerbangan domestik dan internasional di Yunani terpaksa dibatalkan setelah pengendali lalu lintas udara ikut bergabung dalam aksi. Selain itu, layanan angkutan kereta api dan kapal feri juga berhenti beroperasi. Sedangkan rumah sakit harus mempekerjakan staf darurat dan kantor publik lokal lainnya juga tutup.
Sebelumnya, dua serikat buruh tersebut juga telah menggelar aksi mogok kerja massal pada bulan April 2014 lalu. Namun, aksi protes besar itu sempat berkurang. Ketika itu, rasa frustrasi dan kemarahan rakyat telah mengakibatkan merebaknya putus asa dan pasrah pada tingkat pengangguran yang lebihi 25 persen dan pendapatan yang menurun tajam.
Sementara itu, aksi mogok kerja ini dapat memberikan kesempatan bagi pihak oposisi untuk melawan pemerintah konservatif Yunani yang dipimpin Perdana Menteri Antonis Samaras. Saat ini, pemerintah Yunani memang sedang di bawah tekanan dari kreditur Uni Eropa atau IMF yang memaksa pemotongan lebih untuk menyeimbangkan anggaran pada tahun depan.
Untuk tetap mendapatkan bantuan dari Uni Eropa atau IMF, Samaras telah memberlakukan program penghematan di berbagai sektor. Namun, upaya mendapatkan bantuan itu malah sekarang meninggalkan hutang yang besar. Cara ini tentu saja tidak populer sebagai upaya untuk mengamankan kelangsungan pemerintahannya pada periode berikutnya. Apalagi para pejabat Yunani juga baru saja gagal meraih kesepakatan untuk kajian ulang utang negara.