Solidaritas.net – Bisnis batu akik pernah disebut akan terus bertahan lama, karena dianggap sama dengan bisnis batu mulia. Namun, sejak mulai naik pamor lagi pada awal 2015 lalu, sekarang batu akik sudah mulai dilupakan. Jadi, bagi buruh yang doyan menghabiskan uangnya untuk membeli batu akik ataupun menekuni usaha di bidang ini, waspadalah karena tren batu akik sudah berakhir.
Tren batu akik sudah tidak menarik lagi bagi banyak orang, sehingga harganya pun mulai menurun belakangan ini. Tidak heran pula jika saat ini mulai banyak kolektor batu akik yang menjual koleksinya dengan harga murah.
“Penurunan sih sudah terlihat dari akhir Ramadan hingga sekarang, malah banyak yang jual batu akik mereka daripada membeli,” jelas salah seorang pedagang batu akik di kawasan Cinde Palembang, Zainal, dikutip Solidaritas.net dari Tribunnews.com, Sabtu (12/9/2015).
Menurutnya, pamor batu akik menurun sejak bulan Ramadan lalu. Padahal, dulu orang tak segan untuk mengeluarkan puluhan juta rupiah demi batu. Akibatnya, para penjual pun mulai banting harga, namun tetap saja penjualan mereka sepi, sehingga tidak sedikit para pedagang batu akik yang bangkrut. Tidak heran, jika sejumlah pedagang batu akik yang dulunya meraup rezeki, sekarang mulai beralih ke usaha lain yang lebih menjanjikan.
Dijelaskan Zainal lagi, kondisi ini kemungkinan terjadi karena sudah banyak orang yang memiliki batu akik. Selain itu, harga batu akik yang tergolong batu mulia juga sangat jauh berbeda dengan yang tergolong batu biasa. Kemudian, nilai jual kembalinya juga rendah. (Baca juga: Cepot Karawang: Batu Akik Harus Masuk KHL)
“Sebagai contohnya adalah jenis batu bacan dan pancawarna yang harganya ratusan kali lipat dari batu lainnya. Faktor lain adalah nilai jual yang bisa turun hingga 50 persen bahkan lebih dari harga belinya,” tambah Zainal berkomentar soal merosotnya pamor batu akik ini.
Amin menjadi salah seorang kolektor batu akik yang merasakan dampak dari menurunnya pamor batu akik. Dia merasakan sendiri bagaimana harga batu akik yang dulunya mencapai hingga ratusan juta rupiah, saat ini sudah tidak lagi begitu berarti. Staf di salah satu instansi di Palembang itu mengaku menjual koleksinya yang bernilai jutaan dengan harga murah.
“Harga jualnya sangat jauh merosot, saya belinya hampir Rp 10 juta, eh pas dijual dibeli pedagang Rp 200 ribu doang. Karakter masyararakat kita ini sepertinya musiman, termasuk saya, dulu kepincut beli bacan karena ikut-ikutan fenomena batu akik. Namun, saat sudah mulai redup, yah saya mulai jual lagi,” cerita Amin saat ditemui sedang menjual koleksinya batu akik jenis bacan di Toko Melati milik Ifan di kawasan Pasar Cinde beberapa waktu lalu.