Waspada Bahaya Krisis: Utang Membengkak, Rupiah dan IHSG Melemah

0
Utang Indonesia terus membengkak hingga mencapai Rp 2.035,54 triliun. Meningkat Rp61,12 triliun dari Rp 1.975,42 pada Desember 2012 lalu. Tentu ini bukan gejala baik mengingat saat ini Rupiah melemah terhadap dollar ke angka Rp 10.500. Sementara, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga melorot di zona merah. Per 20 Agustus, IHSG melemah 3,28 persen atau 138 poin ke level 4.174.

Saham-saham unggulan melorot, seperti saham sektor konsumer menurun 4,18 persen, sektor properti turun 4,55 persen, saham manufatur 3,43 persen, saham sektor keuangan 1,66 persen dan saham infrastruktur turun 2,97 persen.
Pelemahan IHSG diduga kuat karena inflasi yang tinggi per Mareta dan turunnya nilai ekspor Indonesia.
Pihak otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai penurunan ini masih wajar. “Penurunan IHSG saat ini masih wajar, masih ada kekuatan ‘supply and demand’ di pasar saham dan regulator pasar hanya memastikan pasar terselenggara sesuai dengan aturan,” dilansir dari Merdeka Online.
Pihak BEI sendiri masih tetap melanjutkan transaksi sebagaimana biasanya. Sementara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Menteri Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan untuk merespon gejola eksternal, termasuk mewaspadai dampak rencana pengurangan stimulus fiskal (quantitave easing) di Amerika Serikat.
Bulan lalu, LSM FITRA mengingatkan Indonesia mungkin sedang menuju kea rah kebangkrutan. Tanda-tandanya adalah: pertama, utang pemerintah semakin menumpuk; kedua, aset Negara dan sumber daya alam sudah dikuasai oleh asing; ketiga, cadangan devisa terus menurun; keempat, pemerintah tidak mampu mengendalikan kenaikan harga kebutuhan pokok yang marak belakangan. Terakhir, pemerintah tidak mampu lagi membayar gaji para aparat negara.
Keadaan krisis semacam ini pernah dialami oleh Meksiko pada tahun 1994 yang dikenal sebagai Tequila Effect. Akibat dari serangkaian kebijakan neoliberal berupa utang luar negeri, pencabutan subsidi, penjualan aset negara dan pasar bebas di dalam negeri.
Jika krisis kembali menimpa Indonesia seperti kejadian tahun 1998, tentu yang pertama kali dilucuti adalah hak-hak buruh.
Foto: Saham Turun (Kredit: Shutterstock)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *