Kelompok Baca Bumi Manusia Hadir di Tengah-Tengah Kebisingan Pabrik

0

Oleh: Wahyu* | Solidaritas.net – Kelompok Baca Bumi Manusia (selanjutnya disingkat KBBM) adalah sebuah kegiatan mendaras novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer secara kolektif dan perlahan, terdiri dari pemandu dan peserta. Pemandu membacakan novel Bumi Manusia setiap satu kata per satu kata, satu kalimat per satu kalimat, dan satu paragraf per satu paragraf, untuk nantinya didiskusikan secara bersama-sama dan demokratis (pemandu bukanlah dewa yang mahatahu). Bertempat di Media Center Solidaritas.net yang beralamat di Jalan Kasuari Raya, Ruko Roxy Plaza, Cikarang Baru, Kabupaten Bekasi.

Catatan Pemandu KBBM:

kelompok baca bumi manusia
Pertemuan pertama Kelompok Baca Bumi Manusia (KBBM) di Media Center Solidaritas.net, Cikarang, 13 November 2014. Kredit: Eko Ari Wibowo.

Pukul 14.40, aku tiba di tempat yang nantinya akan berlangsung KBBM, yakni di kantor Solidaritas.net, sebuah media alternatif yang berdikari dan bukanlah mainstream. Bertemu dengan Budi yang sedang mengerjakan pemasangan wastafel. Budi ini salah satu buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) setelah terlibat dalam mogok kerja karena manajemen perusahaan di tempatnya dulu bekerja memberlakukan outsourcing di bagian inti produksi, dan itu melanggar Undang Undang Ketenagakerjaan. Ia berkali-kali menjadi buruh kontrak di berbagai perusahaan, namun dengan serikat yang sama, tidak membelanya. Kemudian, Budi yang memiliki minat belajar yang tinggi ini memutuskan untuk menetap di kantor Solidaritas.net.

“Supaya bisa belajar dengan lebih leluasa lagi,” gumamnya.

Pukul 17.20, akibat hujan yang cukup deras, Eko Ari Wibowo sampai di kantor Solidaritas.net dengan mengenakan mantel. Eko ini salah satu buruh yang baik dan hari ini ia sedang cuti kerja. Ia telah menamatkan novel Bumi Manusia pada tahun 2012, namun ia mengaku ada beberapa kata yang ada di novel Pram tersebut yang tidak dipahaminya, sehingga ia sangat antusias sekali ketika mendengar aku akan memgadakan KBBM ini. Selanjutnya orang yang ketiga tiba di kantor Solidaritas.net adalah Wahyu Indra yang juga seorang buruh di salah satu PT (perusahaan) di kawasan Delta Silicon, ia mengaku telah dua kali menamatkan novel Bumi Manusia. Yang pertama memakan waktu dua setengah bulan, kemudian yang kedua hanya dalam waktu dua Minggu (selamat!). Ia ikut bergabung bersama KBBM karena ingin memahami lebih banyak mengenai Bumi Manusia. Kemudian, tepat pukul 18.23, Ubai, pemandu reading group Max Havelar di Lebak, Banten, meneleponku dan mengucapkan selamat atas telah dimulainya KBBM (terima kasih Bung atas ucapan serta masukan-masukannya!).

Sri Darwanti yang menemaniku untuk memandu KBBM ini baru tiba pukul 19.10, karena ia baru saja menjenguk keluarganya yang di Bandung. Pukul 20.15 kami pun langsung memulai kegiatan mendaras novel Bumi Manusia.

Dimulai dari halaman 7, aku membacanya dengan perlahan. Selama kegiatan berlangsung, aku dihujani oleh berbagai macam pertanyaan, mulai dari “Tanggal berapa Pram menulis novel Bumi Manusia ini?” sampai ada juga yang bertanya: “Apakah Pram tahu persis keseharian Minke semasa masih hidup?” ujar Boyo, salah seorang peserta yang terakhir sampai di tempat kami melangsungkan kegiatan KBBM. Pertanyaan-pertanyaan yang kerap menggelitik ini membuat suasana menjadi lebih hidup.

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa latar pada novel Bumi Manusia ini adalah awal abad 20 yakni mengisahkan perihal kaum pergerakan pada masa itu, di mana tokoh utamanya adalah Minke. “Minke yang berpikiran maju” ujar Wanti.

Aku memanggilnya ‘Mbak Wanti’, seorang perempuan yang baik hati dan aktif mengorganisir buruh sejak masih menjadi mahasiswa di ITB. Ia menceritakan sedikit pengalamannya semasa ia masih kuliah dulu. Ketika dosennya mengajar (waktu itu masih zaman Orde Baru) membisikkan padanya bahwa mayoritas sejarah versi Orde Baru itu adalah bohong! Ia juga bercerita mengenai hak-hak perempuan yang juga mesti diketahui oleh laki-laki, mengenai kondisi kamp kerja paksa di Pulau Buru sewaktu pertama kali tahanan politik menetap di sana.
Selama KBBM berlangsung sesekali kami selingi dengan obrolan-obrolan yang santai sembari ngopi dan makan gorengan. Dan tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.00, kami pun menyudahi kegiatan baca dan diskusi novel Bumi Manusia sampai halaman 12 dengan harapan kegiatan seperti ini diadakan secara terus-menerus. Tabik.

Inilah kesan dan pesan yang telah ditulis oleh para peserta KBBM:

1. Budi

Sangat menyentuh hati, menjadikan kita ingin mengetahui sesuatu hal yang menurut kita penting untuk diketahui tentang kebenaran masa lalu/sejarah.

Agar lebih banyak lagi untuk menyosialisasikan ke kawan-kawan (terutama buruh) untuk ikut kegiatan KBBM supaya mereka mengerti tentang sejarah.

2. Eko:

Kelompok Baca Bumi Manusia sangat berguna dan menambah pengetahuan tentang sastra yang bagus dan membaca sastra Pramoedya adalah suatu kemewahan hidup.

Semoga banyak perbaikan dan tambah lagi peminat baca sastra Pram, dengan menyebarkan di media sosial dan obrolan antar teman.

3. Boyo

Sangat membantu menerjemahkan isi yang ada di dalam buku Bumi Manusia. Seperti Minke dan kata-kata yang aku tidak mengerti menjadi mengerti. Bedah ini sangat bemanfaat. Hal yang tadinya tidak aku ketahui dan cuma sekadar asal baca menjadi tercerahkan akhirnya aku sekarang jadi memahami isi yang ada di Bumi Manusia.

Terima kasih kepada Wahyu dan Mbak Wanti udah menerjemahkan dan membedahkan buku ini.

4. Wahyu Indra

Ilmu tidak hanya didapat dari satu sisi saja, banyak sisi ilmu yang menurutku belum dipelajari, termasuk banyak pula ilmu untuk menyesatkan (membohongi).

Waktu jangan ngaret (harus tepat waktu)

Bekasi, 13 November 2014
*) Penulis pernah menjadi buruh pabrik yang berhenti karena putus kontrak, sekarang mengajar di salah satu SMA di Bekasi, aktif menjadi pemandu KBBM di Solidaritas.net dan menetap di Bekasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *